HARI SANTRI: MOMENTUM MENINGKATKAN POTENSI SANTRI YANG BERKOMPETENSI

HARI SANTRI: MOMENTUM MENINGKATKAN POTENSI SANTRI YANG BERKOMPETENSI post thumbnail image

Oleh : Al ansori, S.Th.i, M.Pd

Pimpinan Pondok Pesantren Cahaya

Salah satu bentuk pengakuan Negara kepada santri dan ulama’ serta kepada pondok-pondok persantren dalam mengusir dan melawan penjajah yang masih ada ditanah air adalah dengan menetapkan hari santri nasional. Setiap tanggal 22 Oktober seluruh santri, ulama’ bahkan setiap pondok pesantren seantero negeri bersuka cita memperingati hari santri nasional. Momentum ini sangat tepat untuk meningkatkan nilai jual santri untuk berkompetensi dalam menjawab tantangan masa depan yang semakin kompleks.

Kaum santri harus selalu siap menghadapi tantangan dimasa depan yang semakin kompetitif dan menantang. Sebagaimana asal mulanya ditetapkannya hari santri nasional  yang berasal dari revolusi jihad yang dirumuskan oleh KH Hasyim Asy’ari dikalangan para kiyai pesantren pada tanggal 22 Oktober 1945 yang kemudian hari melahirkan sebuah gerakan atau peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 yang pada akhirnya dikenal dengan hari pahlawan.

Berbagai hal tantangan yang harus dilalui oleh santri agar berkompetitif  dimasa yang akan datang salah satunya adalah tantangan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi dab digitalisasi yang tak terbendung. Tantangan ini harus dihadapi dan sebagi santri yang notabene diajarkan dengan pola sederhana dipondok tidak bisa santri lari dari tantangan ini karena dunia sudah memasuski dunia digitalisasai dalam berbagai bidang.

Santri juga harus hadir dengan membawa ide-ide yang cerdas dan solutif tentang dakwah-dakwah yang tantangan dan probematika umat yang kompleks di masyarakat bebbangsa dan bernegara. Santri juga harus bisa memberikan pencerahan tentang keagamaan yang rahmatan Lil ‘Alamin.

Era teknologi ini juga memaksa santri untuk selalu meningkatkan kompetensi keilmuan  yang berkaitan dengan digitalisasi dakwah yang dengan memaksimalkan medsos dengan konten-konten yang positif, terus lantang menyuarakan dakwah yang solutif dan semangan perbaikan yang tiada henti.

Pesantren juga harus selalu membuka diri dengan pembaruan kurikulum yang membuat santri bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, sehingga diharapkan santri bisa berkontribusi dalam mayarakat dan berkontribusi juga terhadap Negara.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post